Selasa, 02 Agustus 2011

EIDELWEIS

Ada sepasang  kekasih muda yang saling mencintai tetapi terpisahkan oleh jarak (LDR). Mereka sangat menjaga hubungan itu dan menghindari pertengkaran besar.  Sering kali pria itu menyakiti hati gadisnya tanpa ia sengaja. Tapi setiap itu  terjadi, gadis itu tak pernah memasukkan kedalam hati, hanya demi menjaga hubungan dari pertengkaran yang berakibat fatal.
                Hingga suatu hari saat mereka ketemuan, Alfon, nama pria itu, dia iseng membaca pesan terkirim dari hp Mary, gadisnya itu. Disana tertulis, “Hingga waktu terus berputar, aku terus berharap akan dapat memandangmu. Aku terus berharap dapat mengenangmu, aku terus berharap dapat melihatmu. Hati ku akan terus menyesali semua ini, tapi hatiku akan terus mensyukuri semua ini.  Aku tak sanggup kehilanganmu untuk waktu yang sangat lama. Tetapi takdir berkata untuk menyudahinya. Aku menyayangimu, sangat menyangimu. Biarlah kenangan-kenangan manis ini terukir selamanya di dalam hatimu dan hatiku.”

                Alfon yang membaca pesan yang dikirim untuk seseorang yang bernama Matias  itu. Seketika hatinya menjadi panas dan tak terkendali. Dia melemparkan hp itu ke dinding dan langsung pergi meninggalkan Mary. Mary bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi dengan Alfon. Dia terus bertanya-tanya di dalam hati. Dia mencoba menelepon Alfon dengan kecemasannya, Tetapi tidak diangkat.

Sudah 46 panggilan tak terjawab, namun tak kunjung di angkat, malah hp Alfon dia matikan dengan sengaja. Dia mendiami Mary tanpa sebab yang di ketahui oleh Mary. Mary benar-benar bingung, dan tak tau harus berbuat apa. Selama 1 minggu dia tak di hubungi oleh Alfon, dan  bahkan SMSan pun tidak.

Pada saat itu, Mary hendak mengecek email-email dari temannya dan menghidupkan komputer. Dia membaca ada pesan dari Alfon yang isinya, “Kamu pembohong! Aku menyesal tlah tulus memberikan hati ku untukmu sepenuhnya. Lanjutkan sajalah ber-SMS ria dengan pria selingkuhanmu, Matias itu. Aku sungguh membencimu!! Jangan hubungi atau ganggu aku lagi !!!”. spontan Mary teringat akan pesan yang dia kirimkan untuk seseorang yang bernama Matias itu dan di berencana untuk meminta maaf dan datang ke rumah Alfon. Dia langsung bergegas pergi.

Saat itu sudah pukul 3 sore. Dia pergi ke kota Alfon mengendarai sepeda motor selama 3 jam. Sampai di sana sekitar pukul 6. Dia terus menekan bel, tapi tak ada yang keluar. Dia mencoba menelepon Alfon, bermaksud untuk memberitahukan kalau dia sudah di depan rumah, tapi tetap tak di angkat. Dia benar-benar bingung dan kecewa atas perlakuan Alfon yang tak mempedulikannya. Pengorbanannya datang dari luar kota untuk menemui Alfon terasa sia-sia.
Alfon bukannya tak ada di rumah. Dia ada di kamar tapi hatinya sudah terlanjur membenci wanita itu dan dia menyuruh pembantunya mengatakan dia sedang keluar. Mary akhirnya masuk ke rumah, tapi dia hanya menemui pembantu rumah itu. Menunggu selama 3 jam, sudah larut dan dia akhirnya memutuskan untuk pulang. Sebelum pulang, dia menitipkan kado kecil melalui pembantu itu.

Dalam perjalanan, Mary terasa begitu lelah. Dia tidak terbiasa mengendarai sepeda motor sejauh itu dan selarut itu. Tapi ini harus dia lakukan untuk mengejar cintanya yang hampir hilang. Dia sampai di rumah sekitar pukul 1 pagi. Dia hendak memasak karna dia sudah sangat lapar. Saat dia menghidupkan kompornya, tabungnya meledak dan dia menjadii korban. Bahkan saat penguburan pun, Alfon tak mau datang. Padahal temannya sudah memberitahukannya.

Tak terasa, 7 tahun berlalu. Alfon hendak bertunangan seorang wanita yang di pilihkan ibunya  untuk menjadi istrinya. Dia dan calon istrinya mencoba sepasang cincin itu di kamar, cincinny terjatuh dan saat mengambilnya, Alfon melihat sebuah kado kecil yang dulu di berikan Mary, namun sampai saat ini dia tidak pernah membukanya. Tapi hari itu, setelah calon istrinya pergi, dia memandangi kado itu dan membukanya karna penasaran. Disitu ada bunga eidelweis dan sepucuk surat yang sudah agak kusam. Dia membacanya dengan tenang..
“Sayang, seperti bunga eidelwieis inilah kiranya cinta kita. Yang tetap abadi walau waktu silih berganti. Yang terus indah sepanjang hari, bulan, tahun dan bahkan dekade. Aku mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Sangat mencintaimu, aku berharap bisa menikah denganmu kelak dan hidup bahagia bersama selamanya. Kedatanganku malam ini sungguh melelahkan. Aku harus bolos dari kantor untuk datang kesini untuk menjelaskannya padamu.
Sms yang kamu baca saat itu adalah sms yang ku kirim untuk sepupuku, Matias seorang penyanyi, yang minta di buatkan lirik lagu tentang perpisahan. Bukan karna aku ada hubungan dengan pria lain lohh...
Aku mencintaimu, dan tak pernah terlintas di pikiranku untuk berpaling dari cintamu. Ohh..iya 1 lagi. Minggu depan adalah hari Valentine, aku mau kita jalan-jalan ke pinggiran pantai ya... aku mau makan malam romantis dengan pacar terbaikku ini. aku mau memakai gaun putih dan kamu juga pakai baju putih (Pasti Manis...). Jangan ngambek lagi ya, sayang.
1 lagi, bunga eidelweisnya jangan di buang ya.. aku mau kelak saat kita menikah, baru bunga itu boleh di buang, dan cinta kita adalah pengganti keabadian bunga itu. I Love You..”

                Spontan air matanya menetes membaca surat yang sudah kadaluarsa itu, 7 tahun lalu. Seandainya saat itu dia mendengar penjelasan dari orang yang dia cintai itu. Seandainya saat itu dia tidak membohongi Mary melalui pembantunya, dan seandainya dia langsung membuka kado itu. Seandainya..seandainya..seandainya..

                Hatinya terasa hancur mengingat semuannya, dia sangat menyesali perbuatannya yang terlalu emosional itu. Tapi tak ada satu hal pun yang dapat dia lakukan sekarang. Penyesalannya telah membuatnya mati rasa.
Dia membatalkan rencana pertunangan dan pergi ke kuburan Mary, dia sempatkan membeli sebuah gaun putuh ke sebuah butik langganan ibunya. Sesampai di kuburan, dia membakar gaun itu.  Dia membawa sebuah pisau kecil dan memotong urat nadinya, dia katakan, “Maafkan aku, sayang.. Aku terlalu lama membiarkanmu sendiri disana. Sekarang, aku akan datang menemanimu untuk selamanya..”

Saudaraku, terkadang ada hal yang yang membuat kita menjadi emosional dan melakukan tindakan-tindakan menyakitkan orang lain, bahkan orang yang kita sayangi.
Kita berpikir bahwa kita adalah korban, padahal kitalah yang membuat musibah itu terjadi. Kita tidak berusaha untuk mendengarkan penjelasan orang lain saat timbul masalah. Disitulah kita menanam bibit penyesalan.
Saudaraku,
Tuliskanlah kenangan-kenangan indah bersama orang yang kau cintai, sebelum tintamu habis untuk hal yang tak berguna.
Carilah kebenaran itu, sebelum kamu kehabisan waktu. Kiranya orang yang kau cintai, tetap berada di dalam pelukanmu, sebelum Tuhan meledakkan Bom waktunya.

2 komentar:

  1. no pnilaan ...yg jelas karya mu oke...maju terus..goodl;uck

    BalasHapus
  2. thankz banget atas responnya mas/mbak sayang..

    Saya bkal berusaha..

    :))thankz banget atas responnya mas/mbak sayang..

    Saya bkal berusaha..

    :))

    BalasHapus

silahkan Tinggalkan komentar..!!
klo nggak, ku BOM nanti rumahmu..!!